Senin, 23 November 2015

Perbedaan Antara Lampu Pijar Lampu Neon Lampu Led

1. Lampu Pijar

Cahaya lampu pijar berasal dari nyala filamen, kawat tipis dari tungsten (nama lain untuk wolfram). Saat lampu dinyalakan, arus listrik memanaskan filamen hingga suhu 2.200 derajat celsius hingga filamen berpijar. Supaya panas terkonsentrasi di sekitar filamen, tungsten ditempatkan dalam bola lampu kedap udara.


Gambar Bagan Lampu Pijar

Karena cahaya lampu dari proses pemanasan, kestabilan arus listrik menentukan nyala lampu. Tegangan listrik turun, suplai arus berkurang, lampu meredup. Hal sebaliknya juga berlaku.

Suhu pemanasan yang tak terlalu tinggi membuat pancaran sinar berwarna kuning. Intensitas cahaya atau tingkat kecerahan lampu pijar hanya sekitar 15 lumen/watt. Akibatnya, untuk menghasilkan cahaya lebih terang butuh energi listrik besar.

Namun, sebesar apa pun arus listrik yang diberikan, lebih dari 90% nya diubah jadi panas. Hanya 5 persen listrik yang diubah jadi cahaya. Itu jelas tidak efisien dan boros listrik.


Pemanasan filamen terus-menerus akan mengikis permukaan tungsten hingga penampang kawat mengecil hingga filamen putus dan lampu tak bisa digunakan lagi. Mudah putusnya filamen membuat usia hidup lampu hanya 1.000 jam atau empat bulan untuk pemakaian 8 jam per hari.

2. Lampu Pedar (Lampu Hemat Energi)

Sifat boros lampu pijar mendorong ilmuwan dan perekayasa mencari bola lampu baru lebih efisien terkait energi. Lahirlah lampu pendar atau lampu fluorosensi pada 1938.

Lampu ini paling banyak digunakan di Indonesia, baik tabung (tubular lamp/TL) maupun kompak. Sebagian masyarakat menyebutnya lampu neon karena banyak digunakan pada neon box atau papan reklame.

Sejatinya, kedua lampu itu berbeda jenis. Proses menghasilkan cahaya keduanya sama, lewat proses eksitasi elektron. Namun, kandungan gas yang dieksitasi berbeda. Eksitasi pada lampu neon hanya sekali, sedangkan lampu pendar dua kali.

Saat lampu dialiri listrik, elektroda pada ujung tabung lampu pendar memancarkan elektron bebas. Elektron itu akan mengionisasi gas argon dalam tabung bertekanan rendah.

Arus listrik membuat elektron bebas dan ion gas argon bergerak cepat dari satu elektroda ke elektroda lain. Arus listrik juga mengubah merkuri dalam tabung dari cair jadi gas. Proses itu akan membuat partikel bergerak (elektron dan ion) bertabrakan dengan atom merkuri. Akibatnya, elektron merkuri tereksitasi, turun ke tingkat energi lebih stabil dan melepaskan energi dalam bentuk foton atau cahaya ultraviolet.

Selanjutnya, cahaya ultraviolet akan mengeksitasi atom fosfor pada lapisan dalam tabung. Fosfor itu pula yang memberi warna putih tabung. Pada proses eksitasi lanjutan itu akan dihasilkan cahaya tampak putih terlihat mata. Variasi cahaya lampu pendar bisa diatur berdasarkan komposisi fosfor".

Proses eksitasi lanjutan itu tak ada pada lampu neon. Gas yang digunakan pun tidak hanya argon, tapi juga neon dan kripton. Neon menghasilkan cahaya merah, sedang gas lain menghasilkan warna berbeda.


Lampu pendar menghasilkan intensitas cahaya lebih baik dari lampu pijar, 67 lumen/watt. Pengubahan cahaya ultraviolet menjadi cahaya tampak juga menghasilkan panas yang hilang ke lingkungan, tapi jumlahnya lebih sedikit. Usia rata-rata lampu lebih lama, 8.500-10.000 jam.
Gambar Bagan Lampu Pedar
 

3. Lampu LED

Meski lebih hemat dari lampu pijar, keberadaan merkuri yang merupakan logam berat dalam lampu pendar jadi masalah baru karena merusak lingkungan dan mengganggu kesehatan. Tuntutan ada lampu yang kian hemat tetap ada. Selain itu, lampu masa depan pun harus bisa diaplikasikan lebih luas.

Lahirlah lampu berteknologi dioda pemancar cahaya (light-emitting diode/LED). Penelitian lampu LED dimulai 1960-an dengan menghasilkan lampu LED merah dan hijau. Baru pada 1990-an, LED biru hadir. Dengan temuan LED biru, LED putih bisa dibuat.
Gambar Bagan Lampu Pedar
 
Perbedaan antara Ketiga Lampu tsb Adalah;
 Perkembangan bola lampu listrik memang terus berkembang, dimulai dari penemuan lampu pijar, lalu berkembang ke lampu pedar (atau sering dikenal sebagai lampu hemat energi (LHE)), dan yang terbaru adalah lampu LED yang harganya sangat mahal namaun daya tahannya bisa sampai 8 tahun!
Perbedaan mendasar dari ketiga jenis lampu ini adalah:
1. Gas pengisi bola lampu
2. Kawat yang digunakan
3. Efisiensi
4. Harga produksi

Senin, 09 November 2015

Cara Mengukur Dioda Dengan Multitester

Cara Mengukur Dioda Dengan Multitester Jarum. Mengetes kerusakan dioda dapat dilakukan dengan multitester atau avo meter. Pengujian dilakukan dengan cara mengujinya pada posisi saklar tester pada posisi pengukuran ohm. Selanjutnya adalah mengikuti pembacaan pada jarum tester sesuai dengan sifat dioda yang melewatkan arus pada satu arah.

Cara Mengukur Dioda Dengan Multitester Jarum

Untuk mengetahui sebuah dioda rusak atau masih baik, hal yang pertama harus dilakukan adalah menempatkan posisi multitester pada pengukuran tahanan pada posisi 1x. Posisi tersebut dapat mendeteksi tahanan yang sangat kecil, sehingga tepat untuk dipergunakan dalam pemeriksaan kerusakan dioda.

Langkah Pengujian Dioda Dengan Multitester

  1. Menempatkan Avo Meter pada posisi R 1x.
  2. Tempatkan jarum tester + atau probe merah pada sisi kaki dioda yang memiliki strip perak atau katoda. Pada pengukuran demikian, jarum tester harus bergerak.
  3. Tempatkan kembali dengan arah sebaliknya. Jika jarum juga bergerak, maka ini berarti dioda tersebut mengalami kerusakan atau rusak. Posisi pengukuran demikian seharusnya jarum tidak bergerak karena kita telah mengetahui bahwa dioda tidak melewatkan arus pada arah terbalik.
    Cara Mengukur Dioda Dengan Multitester Jarum
    Cara Mengukur Dioda Dengan Multitester Jarum
Pengukuran harus dalam keadaan aliran listrik yang telah diputus. Mengukur komponen dalam keadaan tersambung ke sumber listrik hanya dapat dilakukan oleh teknisi yang profesional. Mengukur dalam keadaan terhubung arus listrik memiliki cara yang berbeda. Namun bisa berbahaya dan berpotensi merusak rangkaian jika menyentuh komponen di sampingnya.
Cara Mengukur Dioda Dengan Multitester Jarum
Cara Mengukur Dioda Dengan Multitester Jarum
Untuk mengukur dioda dalam keadaan terhubung arus dapat juga dilakukan dengan bantuan sebuah batere. Hal ini terutama berguna untuk mengukur dioda zener. Namun posisi tester harus pada posisi pengukuran voltase.
ads metta3
Pada pengukuran, jika hasil pengukuran menunjukan voltase sesuai dengan voltase dioda, maka berarti dioda dalam keadaan baik. Sedangkan bila menunjukan 0 volt atau 9 volt, maka ini menunjukan bahwa dioda zener dalam keadaan rusak. Cara mengukur dioda dengan multitester jarum merupakan cara yang sangat praktis dan cepat. Namun pada pengukuran kedua juga dapat menggunakan multitester digital yang langsung menunjukan voltase.

Rangkaian power suply (adapter) sederhana

Rangkaian Power suply
  Rangkaian Power Supply merupakan suatu komponen yang sangat penting bagi alat-alat elektronika, seperti komputer, kalkulator, televisi, charger handphone, dan lain-lain. Sumber arus power supply adalah arus bolak-balik ac dari pembangkit listrik yang kemudian diubah menjadi arus dc. Untuk melakukan hal ini diperlukan perangkat power supply yang bisa mengubah arus ac menjadi dc. Untuk memperoleh tegangan dc yang murni, diperlukan beberapa rangkaian pendukung lainnya seperti rangkaian yang bisa kita buat sendiri dan komponennya pun gampang ditemui di toko yang menujual alat elektronik dikota Anda. Salah satu power supply yang baik adalah baterei, tapi untuk membuat arus yang lebih kuat baterei tidak akan sanggup untuk memberikannya.

Gambar Skema Rangkaian Power Supply


Cara Kerja Dioda

Dioda

Apakah itu Dioda?

Diode adalah komponen aktif dua kutub yang pada umumnya bersifat semikonduktor, yang memperbolehkan arus listrik mengalir ke satu arah (kondisi panjar maju) dan menghambat arus dari arah sebaliknya (kondisi panjar mundur). Diode dapat disamakan sebagai fungsi katup di dalam bidang elektronika. Diode sebenarnya tidak menunjukkan karakteristik kesearahan yang sempurna, melainkan mempunyai karakteristik hubungan arus dan tegangan kompleks yang tidak linier dan seringkali tergantung pada teknologi atau material yang digunakan serta parameter penggunaan. Beberapa jenis diode juga mempunyai fungsi yang tidak ditujukan untuk penggunaan penyearahan.

Bentuk Dioda

Dioda terbagi menjadi beberapa bagian, mulai dari Light Emiting Diode (Dioda Emisi Cahaya) yang biasa disingkat LED, Diode Photo (Dioda Cahaya), Diode Varactor (Dioda Kapasitas), Diode Rectifier (Dioda Penyearah) dan yang terakhir adalah Diode Zener yang biasa disebut juga sebagai Voltage Regulation Diode. Semua jenis dioda ini memiliki fungsi yang berbeda-beda yang sesuai dengan nama dioda itu sendiri. Dioda disempurnakan oleh William Henry Eccles pada tahun 1919 dan mulai memperkenalkan istilah diode yang artinya dua jalur tersebut, walaupun sebelumnya sudah ada dioda kristal (semikonduktor) yang dikembangkan oleh peneliti asal Jerman yaitu Karl Ferdinan Braun pada tahun 1874, dan dioda termionik pada tahun 1873 yang dikembangkan lagi prinsip kerjanya oleh Frederic Gutherie.

Cara kerja 

 merupakan prinsip dan langkah-langkah dioda dapat bekerja sebagai pendukung komponen perangkat elektronik. Dengan merupakan salah satu dari rangkaian pembentuk perangkat elektronik yang bersifat aktif. Dikatakan bersifat aktif ini karena dioda dapat bekerja dengan adanya muatan listrik yang melewati komponen-komponennya. Pada era modern ini, banyak sekali perangkat elektronik yang membutuhkan dioda sebagai salah satu komponennya. Dalam kehidupan sehari-hari kita bisa menemukan berbagai perangkat elektronik dengan penggunaan dioda sebagai komponen pendukungnya. Seperti televisi, amplifier, radio, lampu, AC, lemari es, dan perangkat-perangkat lainnya. Semua alat elektronik diatas menggunakan dioda karena dioda dapat memaksimalkan arus listrik bolak-balik sehingga bisa meningkatkan kinerja pada peralatan tersebut. Pada dioda selalu ada dua hal yang terkait, yakni katoda (+) dan anoda (-) yang saling berlawanan dan dilambangkan dengan panah yang menggambarkan ujung negative atau anoda, sedangkan lambang huruf ‘T’ terbaring untuk simbol sisi positif atau katoda pada dioda.

Contoh Sistem Cara Kerja Dioda

Cara Kerja Dioda
Fungsi Dioda
Fungsi utama dari dioda sebagai penyearah arus ini pada dasarnya memiliki bahan penyusun yang hampir sama dengan transistor. Tapi, fungsi serta cara kerja dioda tentu sangat jauh berbeda. Karena dengan dipasangnya dioda, akan memberikan arus yang semula bergerak secara bolak-balik akan memiliki satu trek saja, jika dirumuskan, dioda ini mengubah arus AC menjadi arus DC. Penggunaan dioda untuk pembentukan satu arah arus listrik ini tidak akan berfungsi jika terjadi kesalahan dalam pemasangan dioda. Untuk itu, anda harus memasang rangkaian dengan benar agar fungsi dioda bisa sesuai dengan harapan. Untuk memasang dioda dalam sebuah rangkaian agar bisa menyearahkan arus listrik, harus diketahui terlebih dahulu bentuk apa dari perangkat elektronik yang akan menggunakan dioda.
Baru setelah itu, dioda dapat terpasang. Prinsip kerja dari dioda sendiri bermula dari adanya dua arus listrik yang bermuatan negatif dan positif. Dari dua arus ini bergerak ini dioda harus mampu mengubahnya menjadi satu arah saja dengan teknik bias. Dengan begini, arus listrik bisa menjadi searah. Pada rangkaian dioda sendiri, memiliki ujung dengan gelang berwarna putih dan pada ujung lainnya memiliki gelang hitam. Keduanya adalah sambungan dengan satu output dan input. Sehingga, dioda tidak akan bekerja jika sambungan ini terbalik. Tapi, bagi anda yang telah bekerja di dunia elektro sejak lama, tentu tidak akan kesusahan membedakan mana sisi output dan input dari dioda. Bagi pekerja di bidang elektro, mengetahui betul bagaimana cara kerja dioda adalah sebuah kebutuhan.